Permintaan Domestik yang Kuat Dorong Peningkatan Perekonomian Jawa Tengah

Semarang, UP Radio – Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah tetap kuat di tengah peningkatan ketidakpastian global.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tgl 6 Mei 2024 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2024 tumbuh sebesar 4,97% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,73% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,11% (yoy).

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa Tengah Nita Rachmenia mengungkapkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didorong oleh permintaan domestik seiring momentum Hari Besar Keagaman Nasional (HBKN).

Advertisement

Dalam siaran pers Bank Indonesia menyebut dari sisi pengeluaran, perekonomian Jawa Tengah yang kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

“Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,14% (yoy) dan memberikan andil sebesar 3,02%, didorong oleh peningkatan permintaan pada momentum Ramadan dan persiapan Idul Fitri. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Ritel yang meningkat (IPR dari 59,19 menjadi 85,57), serta Indeks Keyakinan Konsumen yang masih berada pada level optimis (>100) sebesar 134,10,” jelas Nita.

Selain itu, Investasi di Jawa Tengah juga masih kuat, sejalan dengan percepatan pembangunan proyek strategis nasional (PSN). Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 7,53% (yoy) pada triwulan I 2024, meningkat dibandingkan periode sebelumnya (4,02%; yoy).

“Kinerja positif tersebut sejalan dengan proses pembangunan PSN dan proyek swasta di Jawa Tengah yang ditargetkan selesai pada 2024, seperti Bendungan Jlantah, Jalan Tol Jogja-Bawen, dan pengembangan fase 2 Kawasan Industri Terpadu Batang,” tambahnya.

Peningkatan konsumsi domestik juga didukung oleh konsumsi Pemerintah yang meningkat. Konsumsi pemerintah tumbuh 15,56%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu (-2,35%; yoy) didukung oleh kenaikan belanja pegawai, terutama pencairan THR menjelang HBKN Idul Fitri, serta peningkatan pengeluaran pemerintah pada momentum pemilu 2024.

Sementara Kinerja ekspor (antarwilayah dan luar negeri) Jawa Tengah juga membaik, dengan tumbuh sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,74%; yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh ekspor nonmigas yang tumbuh 8,89% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu (-1,06%; yoy). Ekspor dalam negeri juga turut meningkat seiring dengan peningkatan permintaan wilayah lain menjelang HBKN Idul Fitri.

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang tetap kuat terutama didorong oleh LU Industri Pengolahan dan LU Konstruksi. Industri pengolahan tumbuh sebesar 6,18% (yoy) dan memberikan andil 2,03% terhadap total PDRB. Perkembangan tersebut sejalan dengan Performance of Manufacturing Index (PMI) Jawa Tengah yang masih berada pada fase ekspansi (52,30 pada triwulan I 2024), didorong oleh permintaan domestik pada momentum HBKN.

LU konstruksi juga tumbuh tinggi (8,70%; yoy), sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur dan PSN, serta realisasi ekspansi sektor swasta. Lebih lanjut, LU utama Jawa Tengah lainnya, yaitu LU perdagangan, juga masih tumbuh positif sebesar 3,88% (yoy), didorong oleh peningkatan penjualan pada kelompok makan minum dan sandang yang juga tercermin pada Indeks Perdagangan Riil (IPR) yang meningkat.

Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 8,52% (yoy), seiring dengan penurunan produksi tanaman pangan, terutama padi. Penurunan ini disebabkan oleh pergeseran puncak masa panen padi di Jawa Tengah menjadi Maret-April pada 2024, dari sebelumnya Februari-Maret pada 2023, serta bencana banjir di beberapa daerah sentra padi dan hortikultura di Jawa Tengah pada awal 2024.

Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diprakirakan tetap kuat dengan didukung permintaan domestik di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga serta lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), sebagai dampak positif penyelenggaraan pilkada serentak pada 2024.

Selain itu, terdapat beberapa faktor pendorong lain, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut. Kinerja investasi dan konstruksi Jawa Tengah juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan percepatan pembangunan PSN yang ditargetkan akan selesai pada 2024.

Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif. (rls)

Advertisement