Semarang, UP Radio – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mengingatkan warga tetap waspada penyakit demam berdarah dengue (DBD). Apalagi, hujan masih kerap melanda ibu kota Jawa Tengah.
Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, kasus DBD mencapai 90 kasus hingga akhir Maret atau pekan ke-12 pada tahun ini. Sedangkan kasus demam dengue (DD) mencapai 1.400 kasus.
“Temuan kami cukup banyak karena kami menyebar rapid test. Kalau dulu kena DB tshu saat di RS. Sekarang rapid test sudah bisa dilakukan secara langsung di puskesmas,” jelas Hakam, Senin (15/4/2024).
Pasca banjir beberapa waktu lalu, Dinkes melalui puskesmas gencar melakukan rapid test untuk deteksi dini terhadap masyarakat yang memeriksakan diri ke puskesmas dengan gejala mengarah ke DBD maupun DD.
Rentang usia paling dominasi kasus DBD adalah usia remaja dengan persentase 41 persen. Disusul, dewasa 22 persen. Kemudian, balita memiliki persentase kasus sembilan persen dan pralansia delapan persen. Sisnya, kasus DBD pada neonatal hanya satu persen dan lansia juga satu persen.
Kasus DBD didominasi laki-laki dengan persentase 52 persen. Sejauh ini, daerah paling tinggi kasus DBD justru di Banyumanik.
Dia meminta wilayah dengan tinggi kasus DBD atau masuk peta kerawanan merah untuk melakukan pemberantasan jentik nyamuk (PJN) dua kali dalam satu minggu.
“Normalnya seminggu sekali, tapi di peta kerawanan merah kami melakukan dua kali seminggu. Ini strategi paling jitu. Kalau foggung hanya membuat nyamuk tidak sadar selama 10 jam,” ujarnya.
Jika suatu wilayah memiliki angka bebas jentik (ABJ) di bawah 90 persen, dia memastikan, wilayah tersebut terdapat kasus DBD atau DD. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk melakukan PJN secara rutin. (ksm)