Semarang, UP Radio – Geliat sector property hingga kini cenderung stagnant mengingat daya serap konsumen perumahan masih sangat minim seiring dengan masih lemahnya pasar sejak dua tahun terakhir.
Namun lemahnya pasar property ini tidak mempengaruhi minat beli rumah untuk type menengah keatas yang masih menjanjikan. Bahkan Rumah tipe menengah ke atas saat ini kian diminati oleh masyarakat Kota Semarang.
Ketua Penyelenggara Properti Expo Semarang (PES) Dibya K Hidayat mengungkapkan kondisi ini terlihat dari meningkatnya jumlah pembelian rumah menengah ke atas dalam Property Expo Semarang ke delapan yang berlangsung di Mall Paragon, Semarang 10 -21 Oktober 2018.
Menurut Dibya, dari hasil penjualan selama pelaksanaan PES ke-8, rumah yang terjual mencapai 25 unit, dengan 10 unit diantaranya merupakan rumah tipe menengah ke atas.
“Ada 25 unit yang laku. Ini yang menarik adalah penjualan rumah tipe menengah ke atas dengan harga Rp 750 juta laku 10 unit. Sedangkan sisanya harga di bawah Rp 350 juta ada 10 unit,” kata Dibya, Senin (22/10).
Capaian penjualan tersebut membuktikan pasar property type menengah ke atas membuktikan daya beli masyarakat masih cukup baik dan diprediksi akan semakin meningkat.
Dia menjelaskan, tidak tahu persis kenapa terjadi peningkatan pembelian rumah tipe menengah ke atas tersebut. Namun pihaknya menyebut, hal itu mungkin saja dipengaruhi oleh adanya relaksasi Loan to Value (LTV) yang diberikan pemerintah.
Selain itu, kata dia, penyebab meningkatnya jumlah pembelian rumah tipe tersebut kemungkinan juga bisa didorong karena harga rumah yang akan segera naik, sehingga pembeli memilih membeli lebih awal.
“Prediksinya harga kan akan naik, mungkin mereka mengejar supaya dapat unit rumah dengan harga lama,” ujarnya.
Dikatakan, kenaikan harga rumah akan dimulai pada pemeran bulan depan. Kenaikan harga yang terjadi berkisar 5%.
Ia melanjutkan, meski terjadi peningkatan daya beli rumah menengah ke atas, namun saat ini bisnis properti belum menunjukan peningkatan penjualan yang signifikan. Kata dia, hampir semua dunia usaha terutama bisnis properti mengalami kelesuan.
“Belum mengerti persis, banyak sektor bisnis, terutama properti kenapa kurang bergairah. Ini memang belum terjawab (sampai sekarang),” pungkasnya. (shs)