“Ekonomi Jawa Tengah tetap tumbuh positif di tengah ketidakpastian global”
Semarang, UP Radio – Ditengah tahun politik yang tengah berlangsung di Indonesia diyakini tidak akan mempengaruhi perekonomian di Jawa Tengah.
Kondisi ini terbukti dari perekonomian Jawa Tengah di triwulan IV 2023 tetap tumbuh positif sebesar 4,73% (yoy), meski melambat dibanding triwulan lalu yang tercatat 4,92% (yoy).
“Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga, yang memiliki andil terhadap PDRB sebesar 3,32% dan tumbuh sebesar 5,65% (yoy),” kata kepala perwakilan kantor BI provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra saat acara media briefing (8/2/2024).
Rahmat mengungkapkan Kinerja konsumsi rumah tangga ini didorong oleh peningkatan konsumsi pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hasil Survei Konsumen (SK) juga menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi, berada pada level optimis (>100) sebesar 134,63, meningkat dibanding triwulan III 2023 (133,70).
Data Bank Indonesia juga menyebut, Perekonomian Jawa Tengah didorong oleh kinerja investasi yang tumbuh sebesar 4,02% (yoy) serta didukung pula oleh perbaikan kinerja ekspor yang tercatat tumbuh 4,74% (yoy), di tengah permintaan global yang belum kembali normal.
Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan bersumber dari sektor industri pengolahan, yang memiliki andil sebesar 1,39% dan tumbuh sebesar 4,22% (yoy).
“Perkembangan tersebut sejalan dengan PMI Jawa Tengah yang masih berada pada fase ekspansi (58,6 pada triwulan IV’23), didorong oleh permintaan domestik yang masih kuat,” tambahnya.
Sejalan dengan hal tersebut, lanjut Rahmat, kinerja sektor perdagangan juga masih tumbuh positif sebesar 3,47% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2023 tertahan oleh penurunan kinerja sektor pertanian, dari 1,81% (yoy) pada triwulan III-2024 menjadi minus 4,63% (yoy). Hal ini terjadi seiring dengan penurunan produksi padi pada triwulan laporan sebesar 11,05% (yoy), yang masih belum memasuki periode panen. Selain itu, penurunan kinerja pertanian juga dipengaruhi oleh El Nino yang berdampak pada penurunan luas tanam padi sebesar 40,54% (yoy).
Lebih lanjut, capaian inflasi sembilan kota gabungan di Jawa Tengah pada bulan Januari 2024 sebesar 2,69% (yoy), berada di rentang sasaran target inflasi 2,5±1%.
Secara spasial, seluruh kota/kabupaten IHK di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Rembang, Kabupaten Wonosobo, dan Kota Semarang.
“Deflasi ini disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, normalisasi permintaan masyarakat seiring dengan festive season Natal dan Tahun Baru 2024 yang telah usai. Kedua, peningkatan pasokan seiring dengan panen komoditas hortikultura pada sentra produksi seperti Temanggung dan Magelang. Ketiga, penurunan harga BBM karena harga minyak dunia turun,” jelas Rahmat.
Sementara itu, penurunan inflasi tertahan oleh kenaikan harga komoditas pangan tertentu seperti beras, tomat, bawang putih dan bawang merah serta kenaikan harga Sigaret Kretek Mesin (SKM), sejalan dengan kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10% yang ditetapkan oleh Pemerintah per 1 Januari 2024 ke harga jual rokok.
Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diprakirakan tetap kuat dengan didukung permintaan domestik. Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT).
Pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak pada 2024 mendorong kenaikan konsumsi LNPRT. Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong beberapa faktor, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut. (shs)