Semarang, UP Radio – Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, Pentingnya peran Perguruan Tinggi dalam membentengi dan mencegah masuknya paham radikalisme didalam lingkungan kampus.
“Kita masih ingat kejadian keterlibatan mahasiswa di Riau, dan tidak hanya di Riau saja dari hasil penyelidikan, pihak kepolisian juga mengendus sarang jaringan teroris di kampus negeri yang ada di wilayah Kota Semarang. Saya rasa ini menjadi warning atau peringatan bagi kita semua bahwa untuk saat ini, lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi rentan untuk dijadikan sasaran tempat penyebaran,” ungkapnya dalam Seminar dengan tema Peran Perguruan Tinggi dalam Pencegahan dan Pemberantasan Radikalisme, di Kampus Universitas Semarang.
Hadir dalam seminar tersebut, Kapolda Jateng Irjen. Pol. Drs. Condro Krono, MM, M.Hum, Rektor USM Prof Andy Kridasusila, SE, MM, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip, Prof.Dr.H.Muladi, SH, Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip, USM, Prof. H. Abdullah Kelib, SH, dan Guru Besar Undip Prof. Dr. Nyoman Serikat Putra Jaya, SH, MH.
Lebih lanjut, Ita Sapaan akrab Wakil Walikota Semarang mengatakan, generasi muda khususnya mahasiswa merupakan golongan yang masih dalam tahap pencarian jatidiri. Dan dalam tahapan inilah, infiltrasi paham-paham seperti radikaiisme dan terorisme menjadi sangat mudah untuk kemudian didoktrin ke dalam pikiran anak-anak muda.
“Dari survey Wahid Foundation 2016, ada sekitar 11 juta atau 7,7 persen dari total penduduk Indonesia yang menyatakan bersedia berpartisipasi dalam radikalisme. Kalangan mahasiswa, ternyata termasuk di dalam 11 juta jiwa tersebut,” ungkapnya.
Survei Alvara juga menyebutkan, Lanjutnya, 18 persen mahasiswa setuju dengan khilafah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal dibanding NKRI. Jumlah yang cukup besar dan itu artinya membuka potensi berkembangnya radikalisme dan terorisme. Olehkarena itu, perlunya antisipasi sejak dini dengan pendekatan yang sistemik dan strategis melalui jalur dialog dan edukasi.
“Intinya, pencegahan dini dari praktik radikalisme negatif bisa dilakukan dengan penguatan kembali kegiatan edukatif yang kreatif, inovatif, produktif, dan kooperatif berbasis empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” paparnya.
Yang tak kalah penting dalam pencegahan masuknya paham radikalisme didalam kalangan kampus, lanjut Ita, yakni pemanfaatan hubungan baik antara mahasiswa, baik anatara senir dan junior, maupun hubungan baik denga alumni serta organisasi orang tua mahasiswa sebagai sarana pencegahan terorisme.
“Ketika kerukunan dan solidaritas kebangsaan antar semua elemen bangsa terus dibangun, maka kita Optimis bahwa paham radikalisme akan bisa kita cegah bersama,” katanya.
Olehkarenanya, Ia berharap melalui kegiatan seminar dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Pencegahan dan Pemberantasan Radikalisme” tersebut seluruh elemen kampus dapat mengambil peran secara penuh untuk menjaga, merawat dan mempertahankan kebersamaan, kerukunan dan toleransi untuk memerangi paham radikalisme.
“Saya minta keluarga besar USM bisa menjadi yang terdepan untuk dapat meluruskan serta meredam segala bentuk provokasi atau issue negatif sekecil apapun yang ada di sekeliling,” imbuhnya. (ksm)