Jakarta, UP Radio – Radio KBR Jakarta bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menggelar dialog publik bertema ‘Sinergitas Sektor Transportasi dan Energi dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia; khususnya di Surabaya, Yogjakarta, Semarang, Denpasar, Medan dan Makasar’, Kamis (23/11).
Dialog publik dilakukan secara daring Radio KBR bersama YLKI yang direlay oleh jaringan radio di daerah seluruh Indonesia, menghadirkan narasumber Direktur Pengendalian dan Pencemaran Udara KLHK Lukmi, Sejumlah kepala dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan dan stakeholder terkait dengan transportasi dan perusahaan stransportasi di berbagai daerah.
Host KBR Maulana mengungkapkan isu polusi udara yang terjadi disejumlah kota besar dinilai sangat berdampak terhadap kesehatan masyarakat khususnya penyakit infesksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh penurunan kualitas udara khususnya diperkotaan.
“Dialog publik ini dilakukan untuk memberikan satu dukungan pada isu nett zero emition pada 2060. Sektor transportasi dan sektor energi tentu berperan signifikan untuk mewujudkan program nett zero emition tersebut,” jelas Maulana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Mochamad Abdul Hakam mengungkapkan selama 3 bulan terakhir diakui kualitas udaha di 16 kecamatan di kota Semarang terus mengalami penurunan.
“Data dinas kesehatan menunjukakan sejak bulan Juli, Agustus dan September kuaitas udara di kota Semarang mengalami penurunan, bahkan di bulan September di 16 kecamatan menunjukan indikasi warna kuning atau tidak sehat,” jelas Hakam.
Hakam menambahkan kini pemerintah daerah mulai memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat secara langsung kepada masyarakat terkait kondisi kesehatan diwilayahnya.
Ia mencontohkan di salah satu kecamatan di kota Semarang langsung di umumkan bahwa kualitas udara diwilayah tersebut kurang bagus dan masyarakat di himbau untuk lebih waspada.
“Pola edukasi dan himbauan secara langsung itu terbukti efektif dan langsung tepat sasaran,” ujarnya.
Sekarang, lanjut Hakam, tren kesadaran kesehatan masyarakat semakin meningkat,Jika sebelumnya masyarakat akan datang ke fasilitas kesehatan setelah menderita sakit, namun kini secara preventif mereka menjaga kesehatan dengan mengikuti screening kesehatan.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan kota Semarang Danang Kurniawan mengakui sector transportasi juga menjadi salah satu penyumbang penurunan kualitas udara di kota Semarang.
“Berbagai upaya dilakukan dinas perhubungan kota Semarang diantaranya dengan menerapkan pembatasan transportasi di sejumlah wilayah untuk mengurangi penurunan kualitas udara yang terjadi,” kata Danang.
Meski demikian Danang menegaskan meningkatkan jumlah kendaraan bermotor juga mendukung terjadinya pencemaran udara. “Jumlah penduduk di kota Semarang berbeda pada siang dan malam hari, dimalam hari jumlah penduduk lebih sedikit karena sebagian mereka tinggal diwilayah penyangga,” ujarnya.
Pada jam padat lalu lntas pagi dan Sore, Dishub telah bekerjaama dengan kepolisian memberlakukan pembatasan khusus untuk angkutan barang besar untuk masuk kekota Semarang.
“Pagi Jam 06.00 – 08.00 dan sore hari jam 17.00 – 19.00, kendaraan angkutan barang dilarang melintas di sejumlah ruas jalan yang rawan terjadi kepadatan lalu lintas,” terang Danang.
Khusus untuk mengurangi volume kendaraan bermotor roda 2, Dishub juga mengandeng dinas Pendidikan kota Semarang untuk menerapkan larangan bagi pelajar yang belum memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) menggunakan kendaraan bermotor untuk berangkat ke sekolah.
“Siswa yang belum memiliki SIM harus menggunakan angkutan umum yang disediakan pemerintah,” tambah Danang.
Untuk transportasi umum (BRT Trans Semarang) pemerintah menerapkan tariff murah bagi pelajar Rp 1000 rupiah. Sehingga pelajar dihimbau memanfaatan angkutan umum yang tersedi
“Mencegah semakin memburuknya kualitas udara, kini semua armada BRT kota semarang telah menggunakan converter gas hasil kerjasama dengan pertamina yang mensuplai kebutuhan gas untuk BRT,” pungkas Danang.
Senada dengan Danang, Influencer Semarang Keisha Azzahra mendukung anak muda untuk lebih banyak memanfaatkan layanan angkutan umum di kota Semarang. “Tarif angkutan umum sangatlah murah hanya Rp 1000 rupiah bagi pelajar dan mahasiswa, Rp 4500 rupiah untuk masyarakat umum ke semua tujuan di kota Semarang,” katanya.
Keisha mengakui meski tarif tersebut sangat murah dan sudah menjangkau di semua wilayah, namun jumlah angkuta yang tersedia masih sangat terbatas.
Dirinya meyakini jika jumlah armada semakin banyak, masyarakat akan beralih menggunakan transportasi umum. (shs)