Pembangunan Pasar Barito Karya Mandiri di Sawah Besar Dimulai

Semarang, UP Radio – Pembangunan Pasar Barito Karya Mandiri di Sawah Besar Kota Semarang, resmi dimulai pada Selasa 12 September 2023.

Pembangunan secara simbolis dengan groundbreaking atau peletakan batu pertama oleh Plt Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Fajar Purwoto.

Pedagang onderdil akan menempati Pasar Barito Karya Mandiri di Jalan Margosari RT 02 RW 07 Kelurahan Sawah Besar Kecamatan Gayamsari Kota Semarang

Advertisement

Fajar menjelaskan pembangunan pasar baru ini seiring dengan habisnya masa kontrak relokasi di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) pada akhir tahun ini.

Pihaknya menargetkan, pedagang Pasar Barito Karya Mandiri akan bisa menempati tempat yang baru pada November 2023 mendatang.

“Memang keputusannya memilih Sawah besar sebagai lokasi pembangunan pasar ini. Terlebih lagi, pedagang secara swadaya dan mandiri melakukan pembangunan. Untuk instrastruktur Dinas Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan Dinas Tata Ruang akan membantu,” kata Fajar.

Ia menyebut, pembangunan pasar baru berada di lahan milik Pemkot Semarang seluas 8000 meter persegi. Nantinya, pasar tersebut akan bisa menampung sekitar 200 pedagang.

“Pedagang Barito kan ada 559 orang. Di pasar ini nantinya bisa 200 an orang. Sisanya bisa ke Ex Dargo,” ungkapnya.

Jika pasar sudah jadi, maka akan Dinas tetapkan sebagai pasar permanen dengan Pemkot sebagai pihak pengelolaan. Sehingga, para pedagang tak berpindah-pindah.

“Akan jadi pasar ke-53 dibawah pengelolaan Dinas Perdagangan,” kata Fajar yang juga kepala Satpol PP Kota Semarang.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sawah Besar, Mulyadi mengatakan pembangunan ditarget selesai 30 hari.

“Pembangunan harus memperhatikan insfrastruktur dan drainase untuk penanganan dampak hujan,” kata Mulyadi.

Nantinya, kata dia, ukuran lapak per pedagang yakni 3 kali 5 meter.

Ketua Paguyuban Barito Karya Mandiri, Rahmat Yulianto mengatakan nantinya pedagang yang berada disini adalah klaster perlogaman.

“Klaster perlogaman. Kalau di Dargo jelas ndak memungkinkan. Kalau di lokasi ini kan luas,” terangnya.

“Paling telat, November kami sudah bergeser dari MAJT ke Margosari dan Dargo,” sambungnya.

Menurutnya, sebenarnya lokasi di Margosari lebih strategis. Namun harus ada pembebasan lahan dari warga agar bisa didesain akses dekat jalan raya.

“Biaya pembangunan per kios itu mandiri. Per kios kalau ia hitung sekirar Rp 12 Juta,” tandasnya. (ksm)

Advertisement