Pangandaran, UP Radio – Indonesia dianugerahi oleh keanekaragaman hayati, sayangnya biota di Indonesia rentan terhadap kerusakan dan kepunahan karena kurangnya kepedulian masyarakat menjaga eksosistem laut.
Tak tinggal diam, Pertamina Patra Niaga Region Jawa Bagian Tengah melalui Fuel Terminal Maos begerak turut serta dalam kegiatan komunitas Pandu Laut Nusantara yang mengajak masyarakat pesisir pantai untuk membersihkan pantai dan melepasliarkan 200 tukik atau anak penyu jenis Penyu Lekang (Lepidochelys Olivaceae) di Politeknik Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Pangandaran, Senin pagi, (17/06).
200 tukik yang dilepasliarkan tersebut sebelumnya adalah tukik yang berhasil dikonservasikan oleh Balai Konservasi Penyu Nagaraja, Cilacap yang merupakan binaan dari Pertamina Fuel Terminal Maos.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi komitmen dari Balai Konservasi Penyu Nagaraja Pertamina dan Pandu Laut Nusantara dalam mengkonservasi laut khususnya di sekitar pantai selatan jawa.
“Kegiatan seperti ini membantu masyarakat untuk meningkatkan kesadaran bahwa akibat dari sampah plastik yang kita buang ke laut dapat meracuni hewan seperti penyu kecil ini. Dengan kita menjaga keberlangsungan ekosistem laut secara tidak langsung menjaga keberlangsungan biota laut,” tegas Prabowo.
Acara tersebut juga dihadiri oleh pendiri komunitas Pandu Laut Nusantara, Susi Pudjiastuti yang mengatakan bahwa Pandu Laut Nusantara juga “Program konservasi dan pembersihan perlu adanya tangan-tangan dari korporasi, baik BUMN maupun Swasta, ini adalah keputusan yang bagus kalau Pertamina melakukan hal ini,” ungkap Susi.
Telur penyu jenis Penyu Lekang banyak ditemukan di pesisir pantai selatan jawa, biasanya ditemukan di bulan April hingga Agustus. Puluhan telur penyu tersebut kemudian diselamatkan oleh Balai Konservasi Penyu Nagaraja, Cilacap untuk dibiarkan menetas kemudian disiapkan selama 47 hari untuk kemudian dilepasliarkan kembali ke laut.
Balai Konservasi Penyu Nagaraja yang dibentuk melalui insiasi program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Fuel Terminal Maos sejak tahun 2019 telah berhasil mengkonservasi 1.178 tukik atau anak penyu kembali ke lautan.
“Di awal-awal perjalanan kami merintis konservasi ini tentunya terdapat beberapa kendala, seperti bagaimana kami bernegosiasi kepada nelayan sekitar hingga memberikan edukasi bahwa telur penyu yang mereka temukan itu merupakan telur yang ilegal untuk diperjualbelikan, namun saat ini berkat dukungan dari banyak pihak penyelamatan telur penyu menjadi lebih mudah dibanding dahulu,” jelas Jumawan, Tokoh Pengagas Balai Konservasi Penyu Nagaraja.
Jumawan sendiri menjelaskan bahwa dirinya bersama tim selama bulan April hingga Agustus berpatroli di malam hari untuk mencari telur penyu, “Setiap malam hingga dini hari kami berpatroli dibantu oleh beberapa relawan untuk menyisiri pantai, karena malam hari adalah waktu bagi para penyu dewasa menyimpan telur-telurnya di pasir,” ungkap Jumawan.
Dalam keterangan persnya, Pjs Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Region Jawa Bagian Tengah, Kevin Kurnia Gumilang menegaskan komitmen Pertamina dalam penyelamatan Penyu Lekang.
“Penyu merupakan spesies satwa yang dilindungi. Melalui program CSR Pertamina konservasi penyu ini, kami terus berkomitmen untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya di wilayah-wilayah operasi kami. Dalam konservasi penyu di Pantai Sodong ini, kami bukan hanya memberikan bantuan fisik, namun lebih jauh dari itu Pertamina dan Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap ingin pula membangun kesadaran warga dalam menjaga ekosistem dan habitat Penyu Lekang ini,” jelas Kevin.
Kedepan Pertamina membuka lebar kerjasama bersama kelompok konservasi laut seperti Pandu Laut Nusantara untuk terus menjaga eksosistem laut dan penyelamatan pesisir dengan meningkatkan kesadaran terkait pelestarian lingkungan bersama seluruh pihak.(ptm)