Nama Gibran dan Dico Miliki Peluang Berkompetisi di Pilgub Jateng

Semarang, UP Radio – Gibran Rakabuming Raka dan Dico Ganinduto yang sama-sama tokoh muda berpeluang bersaing dalam konstelasi posisi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2024, kata akademisi Universitas Diponegoro Semarang Retna Hanani.

“Kemungkinan mereka malah akan berkompetisi. Kalau untuk menyatukan, saya kira agak riskan,” katanya, saat diskusi bertajuk “Peluang Pemimpin Muda dalam Pilkada Jawa Tengah 2024” yang digelar Komunitas Transformasi Kota (Kotta) di Semarang, Rabu (5/4/2023).

Gibran yang notabene putra sulung Presiden Joko Widodo diketahui adalah Wali Kota Surakarta, sedangkan Dico adalah Bupati Kendal yang merupakan politikus Partai Golkar.

Advertisement

Pengajar FISIP Undip itu mengakui kemungkinan elektabilitas kedua tokoh muda itu sama-sama tinggi di kalangan anak muda, tetapi tidak bisa menafikan konstelasi politik yang cukup mapan di Jateng.

“Secara proporsional anak muda itu 31-33 persen, itu suara besar. Tetapi, kita harus memperhatikan konstelasi politik yang cukup mapan di Jateng bahwa harus ada representasi dari kelompok nasionalis dan agama,” katanya.

Direktur Eksekutif AKSARA Research and Consulting Hendri Kurniawan menyampaikan hasil survei yang menunjukkan kedua tokoh itu mendapatkan dukungan tertinggi dari kalangan pemilih muda di Jateng.

Dengan elektabilitas yang tinggi, Hendri justru menyoroti peluang mereka berdua dipasangkan sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng pada pemilihan kepala daerah 2024.

Berdasarkan survei AKSARA yang dilakukan pada 15-25 Januari 2023 terhadap 800 responden di Jawa Tengah berusia 17-39 tahun, pasangan Gibran-Dico mendapatkan tingkat keterpilihan tertinggi sebesar 31,8 persen.

“Dua pemimpin muda ini dinilai berhasil memimpin daerahnya masing-masing sehingga dipandang layak untuk memimpin Jateng ke depan,” katanya.

Sementara itu, Adi Prayitno selaku Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengingatkan bahwa tipikal pemilih yang masih pragmatis menjadi pekerjaan rumah bagi demokrasi di Indonesia.

Artinya, kata dia, pemilih di Indonesia masih cenderung memilih calon yang mau memberikan sesuatu yang bersifat praktis atau imbalan ketimbang melihat calon dari program-program yang ditawarkan. (ksm)

Advertisement