Semarang, UP Radio – Setelah sempat mengalami pertumbuhan signifikan sejak tahun 2016, Industri jasa pengiriman barang tumbuh melambat pada semester I tahun 2018.
Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah, Tony Winarno mengatakan, jika dibandingkan periode sama tahun lalu memang ada pertumbuhan hingga 15%. Namun, pertumbuhan tersebut tidak sepesat dengan perbandingan antara tahun 2017 dengan 2016.
“Pada tahun tersebut, pertumbuhan mencapai hingga 30% seiring dengan booming industri e-commerce,” ungkapnya, Jumat (27/7).
Pada tahun 2016 ke 2017 industri e-commerce meledak, pertumbuhannya luar biasa. Kondisi itu berdampak besar pada industri jasa pengiriman.
Tony menjelaskan, dilihat dari segi revenue, semester I tahun ini juga tidak menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Salah satunya disebabkan oleh kenaikan biaya operasional yang dipicu naiknya harga bahan bakar minyak.
“Kenaikan bahan bakar berpengaruh pada biaya operasional armada kami. Sedangkan hingga saat ini kami masih belum menaikkan ongkos kirim. Sehingga meskipun jumlah pengiriman bertambah, untuk revenue ya masih belum tumbuh signifikan,” ujarnya.
Selain mengupayakan sejumlah terobosan guna meningkatkan pertumbuhan, pihaknya juga mendorong Jawa Tengah dapat berfungsi sebagai gerbang ekspor impor e-commerce. Hal ini didukung dengan infrastruktur yang telah siap serta posisi Jawa Tengah yang dinilai cukup strategis.
Selama ini, kata dia, produk-produk e-commerce kebanyakan keluar dan masuk ke dalam negeri melalui Jakarta terlebih dahulu, baru didistribusikan ke daerah-daerah tujuan. Banyaknya barang yang masuk dan keluar dinilai kurang efisien bila hanya melalui satu pintu.
“Volume keluar masuk barang e-commerce ini cukup besar. Jakarta sudah terlalu sibuk, dikhawatirkan akan terjadi antrean dan penumpukan. Alangkah baiknya bila di split, salah satunya melalui Jateng,” pungkasnya. (shs)