Semarang, UP Radio – Mempersiapkan Generasi Emas 2045, Pendidikan menjadi prioritas untuk generasi penerus saat ini untuk siap menghadapi tantangan global dunia. Hal ini tidak lepas dari peran guru pendidik yang wajib memberikan pendampingan bagi siswa yang akan semakin berat salah satunya melalui Guru Bimbingan dan Konseling (BK).
Rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi SH MHum mengungkapkan saat ini peran Guru Bimbingan dan Konseling (BK) pada era disrupsi kini memiliki tantangan yang semakin besar, Namun belum semua sekolah memiliki guru BK.
“Masih ada sekolah yang tidak memiliki guru BK, Padahal kita sadar perlunya pendampingan bagi anak-anak untuk menghadapi tantangan di masa depan,” ungkap Muhdi dalam sambutannya dalam pembukaan Seminar Nasional “Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Era Disrupsi,” Sabtu (21/7) di Kampus UPGRIS.
Menurut Muhdi, Sebagai ujung tombak pendampingan siswa, guru BK memiliki kewajiban untuk memperbaharui kompetensinya dalam memberikan bimbingan dan pendampingan terhadap siswa di sekolah.
“Jadi, tantangan guru BK di era disrupsi ini adalah guru BK harus meng-update kompetensinya, termasuk meluncur meng-update kepelayanannya. Sejak dari mindset, sampai ke strategi pelayanannya. Karena, guru BK mengantar peserta didik untuk mengembangkan potensinya, sementara dinamika, mindset dan perilaku peserta didik juga berubah dengan era disrupsi ini,” tambahnya.
Guru BK memiliki kewajiban yang lebih difokuskan pada pendampingan sisi potensi positif siswa. Jika dulu guru BK lebih cenderung membantu mengentaskan siswa dari masalah yang tengah dihadapi, saat ini guru BK orientasinya harus mendampingi siswa atau peserta didik agar berkembang sesuai dengan passion yang dimiliki
Sementara itu Ketua Pengurus Daerah (PD) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Jawa Tengah Prof DYP Sugiharto berharap setiap guru BK tidak boleh ketinggalan dan harus segera menyesuaikan dengan tuntutan perubahan dari dinamika perkembangan anak pada era saat ini.
“Sekarang, atau tidak sama sekali. Kuncinya di situ, sehingga pengembangan-pengembangan kompetensi sampai kemudian strategi pelayanannya harus menyesuaikan dengan perkembangan-perkembangan di era disrupsi ini,” tegasnya.
Dalam acara tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) dengan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Jawa Tengah.
Dengan MoU kerjasama ini nantinya, setiap mahasiswa yang akan praktik, tidak hanya dibantu oleh para guru secara individu, tapi juga dibantu oleh organisasi (ABKIN). Selanjutnya untuk pengembangan kurikulum BK dan hal yang menyangkut pengembangan profesionalisme guru BK juga masuk dalam program yang dikerjasamakan serta membuka program profesi BK. (shs)