Semarang, UP Radio – Kota Semarang menjadi pilot project kedua dalam penerapan Metode Wolbachia yakni sebuah metode untuk menekan kasus BDB di suatu wilayah yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Kota Semarang jadi daerah kedua setelah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, Selasa (13/12).
Menurut Hakam, Kemenkes berencana memulai pilot project tersebut di Kota Semarang pada bulan Januari 2023.
Saat ini, pihaknya tengah berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat Kota Semarang terkait dengan penerapan metode Wolbachia.
Pasalnya, metode ini dilakukan dengan cara mengembangbiakan nyamuk yang telah ber-wolbachia di tempat-tempat yang memiliki kasus DBD tinggi.
Di Kota Semarang ada tiga kecamatan dengan kasus DBD tinggi yakni Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Ngaliyan. Nantinya ketiga kecamatan inilah yang akan menjadi fokus dalam penerapan metode Wolbachia ini.
“Kita memaksimalkan kegiatan sosialisasi ini harapannya tahun 2023 ketika pelaksanaan ke masyarakat, dari seluruh komponen bisa bersinergi untuk mengembangbiakan nyamuk wolbachia ini di masyarakat,” kata Hakam, Selasa (13/12).
Hakam meminta seluruh masyarakat di Kota Semarang mulai dari pihak Puskesmas, kecamatan, kelurahan, Kader hingga pihak swasta bisa mendukung penerapan metode ini, agar pembiakan nyamuk ber wolbachia ini bisa berhasil dengan persentase yang maksimal.
“Misal dalam satu ember ada telur 200 kalau bisa memaksimalkan 200 bisa hidup maka akan lebih bagus, jadi selama enam bulan angka kepadatan nyamuk akan tinggi. Walaupun parameternya 50 persen hidup itu dinyatakan berhasil tapi kalau bisa lebih dari itu setiap dua minggunya akan lebih baik lagi,” paparnya.
Nantinya nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia ini akan disebar agar nyamuk lokal termasuk nyamuk yang membawa virus DBD bisa berkembang biak dengan nyamuk ber wolbachia. Sehingga nantinya akan didapatkan keturunan nyamuk dengan wolbachia.
“Setiap minggu harapannya ada 8 juta telur dan nanti akan didistribusikan ke setiap kelurahan terutama di angka DB yang tinggi. Sehingga outcome bisa memutus rantai dan mengendalikan kasus demam berdarah di kelurahan yang tinggi,” bebernya.
Hakam berharap dengan sosialisasi yang dilakukan terutama di kecamatan yang memiliki kasus DBD tinggi bisa dilakukan dengan baik. Sehingga pada bulan Januari 2023 sata Kemenkes akan menerapkan metode ini, semua lini masyarakat sudah siap dna mendukung upaya ini.
“Kalau kasus demam dengue sudah 5.148 kasus hingga saat ini, DBD dan DSS 809 kasus, kasus meninggal 32 kasus, sedangkan proporsi kasus itu 52 persen adalah laki-laki,” pungkasnya. (ksm)