Berkat Dongeng Ayah, Indhi Menemukan Keasyikan Menulis Cerpen

Semarang, UP Radio – Jika waktu bisa diulang, tiap orang bisa memilih kembali merasakan hal-hal terindah dalam hidupnya sebab hidup bukan film di dalam putaran cakram padat yang bisa diputar ulang sekehendak kita.

Dari ingatan inilah manusia punya jasa besar dan akan dikenang khususnya hal-hal baik yang dapat memberi faedah kepada manusia di masa mendatang.

Indhi Asokawati pada 27 Juni lalu genap berusia 19 tahun, tetapi ia masih ingat betul kebiasaan ayahnya mendongenginya sebelum tidur, tepatnya saat ia masih SD.

Advertisement

“Sampai saya lulus SD ayah selalu mendongengi saya sebelum tidur. Itu membuat saya suka cerita,” ucap Indhi.

Meski sekadar dongeng binatang, tetapi kebiasaan itu membuat Indhi menjadi dekat dengan cerita.

“Saya jadi suka baca cerita. Saat SMP saya mulai baca roman, kisah-kisah percintaan. Saya suka cerita yang menghibur,” kenang mahasiswa Pendidikan Matematika semester 4 ini.

Fiksi populer menjadi bacaan idolanya, apalagi ayahnya punya kebiasaan mengajak Indhi belanja buku di pameran. Di sanalah biasanya ia bisa membeli buku-buku kesukaannya.

Selain membaca buku, keinginan melahap cerita juga Indhi peroleh dari aplikasi Wattpad. “Saya suka fiksi populer, terutama karya Ari Wulandari. Nah, saya baca karyanya di wattpad,” ungkap mahasiswa yang juga aktif di UKM KIAS ini. Menurutnya, di Wattpad karya yang disajikan bahasanya ringan. Konfliknya relate dengan kehidupan masa remaja, tambahnya.

Indhi mengaku, bacaan dari ayahnya itulah yang mendorongnya berminat menulis. “Dari bacaan itu saya mulai suka nulis. Bahkan sejak SD saya mulai suka pakai komputer ayah,” kenang putri pasangan Untung Urip Sumoharjo dam Sri Asih ini.

Kebiasaan menulis cerita itu pulq yang kemudian mengantarkannya meraih Juara 1 Lomba Penulisan Cerpen, Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa (Porsenasma) PGRI di UN PGRI di Kediri belum lama ini.

Cerpennya yang berjudul “Batik Air Mata” berhasil meraih perhatian juri. Cerpen tersebut mengangkat topik seputar konflik anak dan ibu yang dibumbui isu kehidupan pembatik dan pergaulan bebas. “Konflik tentang anak yang tidak mau bekerja. Selain itu, anak itu juga telah kebablasan sehingga kekasihnya sampai hamil,” ucapnya.

Kini, Indhi tengah bersiap-siap untuk mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida). Ia pun memperbanyak membaca dan berlatih menulis, serta meminta masukan dari pembimbingnya, yaitu bapak Setia Naka Andrian, M.Pd. Untuk memperkuat gaya tulisannya, Indhi mulai memperbanyak referensi bacaan.

“Sekarang mulai baca buku cerpen yang agak lebih serius. Saya baca cerpen-cerpennya Eko Triono, saya juga suka kumpulan cerpen Sasti Gotama. Ending-nya tidak terduga,” pungkasnya. (pai)

Advertisement