Semarang, UP Radio – Program studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menyelenggarakan Sering (Seminar Nasional Daring) #9 dengan tajuk “Sastra Populer, Agama, dan Kelas Menengah (di) Indonesia”, Rabu (30/3).
Pada Sering kali ini menghadirkan pembicara Dr Aprinus Salam MHum (FIB UGM) dan moderator Dr Harjito MHum (Ketua Prodi S-2 PBSI Pascasarjana UPGRIS).
Harjito mengatakan seminar yang diselenggarakan secara daring kali ini dilaksanakan malam hari, tidak seperti biasanya kerap dilaksanakan siang atau sore hari dalam jam-jam kerja.
“Tidak hanya seminar daring ini saja, namun beberapa kali juga terselenggara Paring (Panggung Daring) yang diselenggarakan oleh Prodi S-2 PBSI UPGRIS,” terang Harjito.
Menurutnya pada masa pandemi, transisi, atau normal baru, melaksanakan seminar daring merupakan salah satu alternatif dalam mengembangkan ilmu, tradisi diskusi, dan berbagi pengalaman dan pengetahuan.
“Inovasi dan terobosan seperti inilah yang terus berusaha dikembangkan oleh prodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS,” ujar Harjito.
Pada seminar tersebut, Aprinus Salam membahas dengan gamblang mengenai kelas menengah dan sastra populer 1970 s.d 1980-an (awal), misalnya Ali Topan Anak Jalanan hingga Inge.
Dalam presentasinya, Aprinus menyebutkan bahwa kecenderungan karya sastra pada masa itu agak liar dalam pengertian belum tahu apa yang harus “diperhatikan”. Selain itu juga didapati eforia dengan posisi sosialnya, berlagak dengan hal-hal seksual.
Setting di jalanan, di acara-acara kelompok sosialnya di kota. Kerap didapati pula kondisi agak frustasi karena kurang mendapat perhatian dari orang tua.
“Pada awalnya, kelas menengah yang serba bergantung. Kelas menengah yang ditertibkan, ada politis SARA, UU anti subversive, waskat, KNN/BKK. Kemudian menguat dan membesarnya peran ekonomi kelas menengah, hadirnya golongan masyarakat yang semakin terpelajar, dan hadirnya golongan santri baru yang cendekia,” kata Aprinus. (pai)