Semarang, UP Radio – Selama dua tahun masa pemerintahan presiden ke empat RI Abdurahman Wahid telah menjadi tonggak bagi munculnya keberagaman dan budaya toleransi bagi masyarakat Indonesia .
Hal tersebut diungkapkan Tokoh masyarakat dan pengusaha Semarang Harjanto Halim saat menjadi pembicara dalam acara Talkshow UP Radio Semarang bersama Shanty Rosalia dengan tema “Refleksi Leadership Kultural Gusdur” di Mall Paragon Semarang (17/2/2022).
“Selama dua tahun masa pemerintahannya, Gusdur dikenal sangat Unpredictable dimana banyak kebijakan yang dicetuskan banyak menghasilkan perubahan-perubahan yang mengejutkan berbagai pihak,” papar Harjanto Halim.
Menurut Harjanto kebijakan yang dinilai mengejutkan banyak pihak diantaranya pembubaran departemen Penerangan dan departemen sosial bahkan sempat muncul rencana pembubaran departemen Agama meski akhirnya tidak terwujud.
Selain itu, lanjut Harjanto, selama pemerintahan Gusdur ini juga menjadi tonggak bagi mulainya toleransi dan keberagaman yang pada era pemerintahan sebelumnya tidak dapat diwujudkan secara transparan.
“Gusdur telah mencabut Inpres no 14 tahun 1967 yang membatasi budaya Tiong hoa di Indonesia dan menggantinya dengan Keppres nomer 6 tahun 2000 yang menjadi awal toleransi bagi masyarakat Tiong Hoa di Indonesia,” kata Harjanto Halim yang juga CEO PT Marima Putera Kencana.
Mengingat berbagai keputusan Gusdur yang sangat fenomenal selama menjadi presiden dan telah berdampak positif hingga kini telah menjadikan Gusdur layak disebut sebagai guru bangsa.
“Gusdur telah memandang kepentian kemanusiaan lebih tinggi diatas segalanya termasuk diantaranya diatas kepentingan politik,” tambah Harjanto.
Meski demikian Harjanto mengakui meski saat ini kebersamaan telah dirasakan oleh seluruh masyarakat namun diakui masih ada sekelompok masyarakat yang belum bisa menerima kebijakan tersebut.
Menyika hal tersebut masyarakat harus lebih menghormati keberagaman untuk menciptakan kerukunan dan Persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.(shs)