Semarang, UP Radio – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang melakukan percepatan vaksinasi booster atau dosis ketiga (V3) seiring adanya temuan kasus Covid-19 Omicron di Kota Lunpia.
Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, jika ada kasus Omicron di kabupaten/kota maka percepatan vaksinasi booster harus segera dilakukan sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan.
Dia menyebutkan, ada 250 ribu sasaran yang ditargerkan mendapat vaksin booster pada Januari ini.
Jumlah sasaran di Kota Semarang akan semakin meningkat mengingat pemberian dosis pertama (V1) dan dosis kedua (V2) sudah cukup banyak.
“Februari ada 350 ribu, Maret 500 ribu kuota untuk vaksin bosoter. April sudah 1 juta lebih,” sambungnya, Minggu (23/1/2022).
Pihaknya menyiapkan tiga jenis vaksin booster yaitu Astrazeneca, Pfizer, dan Moderna.
Sedangkan, jenis vaksin Sinovac saat ini khusus untuk V2 anak usia 6 – 11 tahun.
“Tinggal dilihat dari link victori. Sekian banyak faskes, kami siapkan kuotanya berapa, jenis vaksin apa, bisa terlihat. Kami juga beri flyer kepada masyarakat tentang booster,” terangnya.
Lebih lanjut, Dinkes sedang menyiapkan mekanisme vaksinasi bagi warga luar kota atau luar negeri yang ingin vaksinasi booster di Kota Semarang.
Pihaknya sedang menyiapkan fitur pendaftaran di victori. Nantinya, masyarakat yang melakukan V1 dan V2 di luar kota atau luar negeri bisa melakukan booster di Kota Semarang.
Di sisi lain, Hakam juga masih fokus melakukan V2 bagi anak usia 6 – 12 tahun, sekaligus V1 bagi yang belum mengikuti.
Pasalnya, ada beberapa anak yang belum divaksin karena berbagai alasan, misalnya sakit, pergi bersama orang tua ke luar kota, atau masih takut divaksin. Dia menyebutkan, ada sejitar 10 ribu sasaran yang belum divaksin.
“Kami terus edukasi sambil melakukan booster. Setiap hari kami lakukan vaksinasi sebanyak 20 ribu sasaran baik V1, V2, dan V3. Mudah-mudahan awal Februari kami bisa full booster,” sebutnya.
Sejauh ini, dia mencatat, tidak ada warga yang mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berarti.
Hanya saja, ada beberapa orang mengalami demam usai divaksin booster. Hal itu dinilai masih wajar.
“Saat diberi V1 Sinovac aman, V2 Sinovac aman, V3 Astrazeneca dosis separo ternyata demam. Memang yang namanya efrk samping vaksin tidak semua tubuh manusia sama. Sebagian besar tidak mengalami, sebagian kecil semlenget. Itu wajar karena jenis vaksin yang dimasukan berbeda, heterolog, Sinovac-Sinovac-Astrazeneca,” jelas Hakam.
Pihaknya tentu melakukan skrinung terlebihdahulu sebelum dilakukan vaksinasi untuk meminimalisir terjadinya KIPI.
Jika sasarab belum bisa dilakukan vaksinasi, petugas akan menunda pemberian vaksin, misalnya karena memiliki komorbid, tensi daeah ringgi, kadar gula tinggi.
“Itu harus konsultasi dengan dokter spesialis. Tubuh seseorang itu beda. Kadang, sama-sama tensi tinggi, satu orang demam, satu tidak. Itu tergantung dari seminggu sebelum dia melakukan vaksinasi, disiplin prokes jadi kunci utama,” terangnya. (ksm)