Semarang, UP Radio – Uri-uri budaya dan mengenalkan pakaian adat asli Indonesia, kebaya kepada masyarakat terus dilakukan Pemkot Semarang. Salah satunya melalui aktifitas gowes berkebaya yang digelar atas kerjasama Pemkot Semarang dan Komunitas Diajeng Semarang (KDS), Minggu (14/11).
Gowes berkebaya juga digelar untuk memperingati hari pahlawan dan peringatan hari ulang tahun KDS yang ke-5 tahun.
Kegiatan dengan sponsor utama Bank Mandiri tersebut sekaligus merayakan Hari Pahlawan dengan menghadirkan wanita veteran tentara pelajar dari Semarang, Meni.
”Gowes berkebaya ini bukan sebuah lomba balap sepeda. Melainkan sebuah selebrasi budaya. Ulang tahun kami jatuh pada tanggal 15 November,” kata Founder KDS, Maya Diana Kusuma Dewi.
Dia menjelaskan, kegiatan tersebut menggabungkan antara olahraga bersepeda dan upaya pelestarian budaya yakni semua peserta wanita mengenakan atasan kebaya saat bersepeda.
Tujuannya untuk mengenalkan kebaya sebagai busana adat Nusantara kepada generasi muda.
”Slogan kami, bangga berjarik dan berkebaya. Selama lima tahun ini aktif dan konsisten menggelar berbagai kegiatan budaya di berbagai kota bahkan hingga mancanegara,” ucapnya.
Titik kumpul acara ini adalah Polder Stasiun Tawang, Kota Lama.
Kegiatan diawali dengan penanaman dua pohon di area polder oleh Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Total peserta berjumlah sekitar 200 orang. Dibagi 8 kelompok, dengan jumlah 25 orang setiap kelompok.
Dimulai dari Polder Stasiun Tawang, rombongan kelompok pertama mampir di Pasar Johar. Mbak Ita sapaan akrab Hevearita Gunaryanti Rahayu berbelanja ‘melarisi’ para pedagang di Pasar Johar Semarang.
Gowes diakhiri di Grand Maerakaca dengan beragam pertunjukan termasuk peragaan busana kebaya.
”Pelestarian budaya bisa menggunakan banyak cara, gowes salah satunya. Semoga para generasi muda akan semakin cinta dan bangga akan budaya negerinya. Semakin menyukai pola hidup sehat dengan rajin berolahraga,” tuturnya.
Diceritakan Maya, pada November 2018, KDS menggelar acara Semarang Berjarik. Diikuti sekitar 1.000 peserta dan memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia.
”Pada November 2019, kami membawa 60 orang untuk tampil di Singapura
di acara ”Singapura Berjarik”. Kami memperkenalkan batik dari teman-teman pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah, sebagai kearifan lokal Semarang ke kancah internasional,” katanya.
Sejak berdiri, kata dia, KDS mempunyai komitmen untuk senantiasa menjaga, mencintai, serta melestarikan budaya berjarik dan berkebaya dengan berbagai cara. Melihat bersepeda sedang banyak digemari, pihaknya menggunakannya sebagai media edukasi budaya.
”Menarik dan unik. Menjangkau masyarakat dari berbagai kalangan,” terangnya.
Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan, Kota Semarang saat ini telah berada di Level 1 dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Pariwisata boleh dibuka kembali untuk masyarakat dengan protokol kesehatan yang ketat.
”Diawali dari Polder Stasiun Tawang, kemudian Pasar Johar yang sudah aktif kembali, dan diakhiri di destinasi wisata ini. Mengenalkan budaya, memperingati Hari Pahlawan, sekaligus olahraga,” kata Hevearita.
Wanita veteran tentara pelajar yang dihadirkan bernama Meni saat perang kemerdekaan bertugas menyelundupkan peluru. Peluru disimpan di wadah makanan.
Kemudian, dibawa ke dalam hutan. Merupakan penerima penghargaan Bintang Gerilya oleh Presiden Sukarno.
”Grand Maerakaca saat ini aman untuk dikunjungi. Kami memberlakukan protokol kesehatan yang ketat, masuk area dengan scan barcode vaksin, dan telah menerima sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability),” tutur Direktur Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan Jawa Tengah, Titah Listyorini. (ksm)