Semarang, UP Radio – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jateng menilai, sejumlah Kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 yang sudah terjadi selama 17 bulan belum mampu memberikan dampak signifikan. Justru sebaliknya berbagai kebijakan yang dilakukan justru memperparah kondisi perekonomian dan mematikan sektor usaha.
Ketua HIPMI Jateng Billy Dahlan menyatakan, berdasarkan data sampai saat ini total kasus covid selama 17 bulan sekitar 3 jutaan kasus dan kasus aktif Covid -19 hanya 550 ribu atau 0,2% dari total populasi Indonesia.
Diakui atau tidak, dengan jumlah tersebut lanjut Billy tidak sebanding dengan dampaknya yang mempengaruhi kondisi ekonomi 90% populasi Indonesia.
“Sekarang kasus aktif 550 ribu atau 0,02%. Padahal dampak secara sosial dan ekonomi berpangaruh terhadap lebih dari 90% populasi Indonesia,” kata Billy Jum,at (23/7).
Dengan kondisi tersebut HIPMI Jateng mempertanyakan keseriusan pemerintah. Pasalnya HIPMI melihat berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak memberikan dampak apapun.
“Apakah bener solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah terhadap 1 % penduduk harus mengorbankan ekonomi dunia usaha yang berdampak terhadap 90% populasi. Kok secara angka tidak sesuai sekali. Ini sudah 17 bulan tapi masih begini-begini saja,” imbuhnya.
Menurut Billy, kebijakan seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan saat ini tidak terukur dan tidak memiliki target jelas. Jika PPKM hanya untuk mencegah dan mengurangi penularan maka dirinya tidak yakin kebijakan itu adalah kebijakan yang tepat.
Pasalnya jika PPKM nanti dibuka tidak ada jaminan penularan akan mengalami penurunan. Justru ia melihat penularan akan semakin masif dan akan semakin banyak.
“Kita ndak masalah dengan PPKm tapi PPKM yang lebih terukur. Kalau misalnya dengan PPKM hanya untuk mengurangi penularan, nanti kalau PPKM dibuka juga akan sama saja,” sebutnya. (shs)