Semarang, UP Radio – Memperingati hari bahasa ibu internasional, Universitas PGRI Semarang berkomitmen untuk melestarikan penggunaan bahasa ibu sebagai kekayaan budaya dan bangsa yang patut dipertahankan.
Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPGRIS Dr. Asropah MPd mengungkapkan setiap manusia mulai mempelajari bahasa ibu sejak dilahirkan, sehingga bukan hanya sebagai alat komunikasi semata.
“Bahasa ibu juga memiliki nilai-nilai kasih sayang karena di dalamnya biasa dipakai seorang ibu kepada anak-anaknya, mulai pendidikan dasar bagi seorang manusia meski memiliki karakterisitk yang beragam berdasarkan masing-masing tempat,” ungkap Asropah.
Dia mencontohkan, seorang yang lahir di daerah pesisir Jawa Tengah, tentu saja akan dibesarkan dengan komunikasi menggunakan bahasa asli daerah tersebut, sebut saja Jawa Ngapak, Jawa Pesisiran, atau Jawa Tegalan.
“Indonesia memiliki sedikitnya 742 bahasa daerah yang keseluruhannya memiliki pengucap di masing-masing daerah, yang saat ini lambat laun telah berkurang pengucapnya,” Imbuhnya.
Untuk melestarikan Bahasa ibu Universitas PGRI Semarang berkomitmen untu menjaga penggunaan bahasa ibu sebagai kekayaan budaya dan bangsa yang patut dipertahankan. Wujudnya adalah dengan menyelenggarakan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2018.
Sejumlah Acara telah dipersiapkan Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang diantaranya lomba tulis cerkak tingkat SMA Sederajat se-Jawa Tengah, Rabu (21/2) dan Seminar nasional narasumber Prof Dr Sutrisna Wibawa MPd, Prof Dr Teguh Supriyanto MHum, serta orasi Budaya Ahmad Tohari Selasa (20/2), serta Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran Program studi Bahasa dan Sastra Daerah Se-Indonesia seebagai Narasumber Dr Ir Paristivanti Nurwardani MP di Star Hotel Rabu (21/2).
“Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional dimanfaatkan untuk merefleksi pelestarian bahasa Ibu. Bahasa ibu menjadi identitas bangsa dan harus terus dilestarikan dengan berbagai cara. Salah satunya yang sudah dilakukan Ahmad Tohari yakni membuat kamus bahasa Banyumasan (ngapak),” pungkas Asropah. (shs)