Semarang, UP Radio – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya mendorong petani perkotaan untuk memanfaatkan lahan dengan menanam tanaman bermanfaat dan bernilai jual tinggi untuk mendongkrak perekonomian warga sekitar.
Seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Ken Asri di RW 2 Kelurahan Barusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Mereka memanfaatkan lahan kosong dan menyulapnya menjadi lahan tanaman okra.
Tak hanya sekedar menanam saja, Okra yang dibudidayakan KWT Ken Asri sejak Maret 2021 lalu ini berhasil diolah menjadi aneka makanan dan minuman menyehatkan seperti biji kopi okra, jelly okra, acar okra, bola-bola okra, infuse water hingga kertas yang dibuat dari selongsong tanaman okra. Bahkan hasil olahan okra tersebut telah dipasarkan secara digital ke beberapa daerah di Indonesia.
Salah satu warga pelopor budidaya okra di kelurahan Barusari, Whisnu Nugroho mengatakan jika budidaya okra bisa dilakukan dimana saja memanfaatkan lahan sempit di kawasan perumahan.
“Cukup mudah untuk menanamnya, tapi kami merasa masih kurang untuk memenuhi produksi Kopi Okra. Karena itu kami ingin bekerjasama dengan pihak yang memilki lahan cukup luas untuk mendukung produksi kami”, ungkap Whisnu yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani Elgiro (Lemah Gempal Ijo Royo-royo).
Whisnu mengatakan, jika di kawasan perumahan Penaton Raya berbagai jenis varian tanaman okra yang dibudidayakan. Tanaman okra juga memiliki beragam manfaat mulai dari menurunkan kadar gula darah, melancarkan sistem pencernaan, melindungi hati, meningkatkan fungsi ginjal, menurunkan kolesterol, mengatasi kelelahan dan bersifat anti kanker.
Ia mengaku cukup berhasil membudidayakan tanaman Okra, namun kendala yang dihadapi setelah menemukan cara pengolahan dan pemasaran produk Okra adalah keterbatasan lahan untuk menanam.
Menurutnya, harga Kopi Okra juga relatif menggiurkan dipasaran. Menilik bahwa tanaman dengan nama latin Abelmoschus esculentus ini memiliki manfaatnya yang luar biasa. “Kopi okra bisa dijual dengan harga Rp 25 ribu per 40gram dan dalam kemasan botol kecil siap minum Rp 6500. Jelas lebih mahal dibanding kopi biasanya. Tapi tingkat kafeinnya lebih rendah sehingga baik untuk kesehatan juga,” tambahnya.
Ia menceritakan bahwa hasil sekali panen biji Okra dari lahan tanam polyback yang ada di kampung Lemah Gempal IV per bulannya tidak lebih dari 250 gram atau 1/4 kilogram. Dari total berat biji yang dipanen setelah dikeringkan, disangrai dan digiling halus menjadi kopi hanya didapat sekitar 50 persennya.
Tak hanya diolah menjadi kopi, okra juga bisa diolah menjadi jelly, acar hingga kertas. “Ibu-ibu KWT Ken Asri sudah berinovasi mengolah okra jadi aneka makanan dan minuman sehat. Dari olahan itu kemudian dipasarkan melalui online maupun dititipkan di warung-warung terdekat. Ini bisa jadi tambahan penghasilan bagi ibu-ibu dan perempuan anggota KWT Ken Asri,” imbuhnya.
Melihat potensi tersebut, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong para petani wanita di Barusari agar bisa go global memasarkan produk-produknya ke pasar Nasional bahkan Internasional.
“Kami akan dampingi untuk perizinannya, lewat Dinas Pertanian Kota Semarang, kami akan kawal berbagai izinnya seperti PIRT, BPOM, hingga mendapat predikat produk halal juga. Selanjutnya baru bisa naik kelas, dan diikutsertakan di pameran bertaraf nasional bahkan Internasional,” kata Ita sapaan akrab Wakil Wali Kota usai panen biji okra bersama KWT Ken Asri di jalan Penaton Raya, Barusari, Semarang Selatan.
Ita mengapresiasi langkah petani kota Semarang yang terus berinovasi memanfaatkan lahan terbatas namun tetap menghasilkan produk-produk bernilai ekonomi tinggi yang mampu mengangkat perekonomian warga sekitar.
“Saat ini Pemkot Semarang tengah giat-giatnya membina pertanian dan sektor UMKM. Dari KWT Ken Asri, kita tahu bahwa sektor pertanian di Barusari bisa menghasilkan produk potensial dan bernilai jual tinggi. Kami akan bantu dalam perizinan, packaging serta pemasaran. Bersama dinas pertanian dan Dinkop UMKK kami kawal potensi olahan produk okra ini sampai layak di pasarkan secara nasional bahkan Internasional. Muaranya ya untuk warga sekitar juga dampaknya bisa membantu perekonomian warga,” terang Ita. (ksm)