Merdeka Belajar Bahasa Indonesia pada Masa Normal Baru

Bahasa adalah rekaman peradaban bangsa

Semarang, UP Radio – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang telah menyelenggarakan Webinar PBSI #3 dengan tajuk “Merdeka Belajar Bahasa Indonesia pada Masa Normal Baru”.

”Seri webinar yang kali ketiga kami selenggarakan ini merupakan sebuah ruang silaturahmi akademik, baik bagi dosen, mahasiswa, peneliti bahasa dan sastra, serta terhadap masyarakat luas peminat serta menikmat bahasa dan sastra. Kami akan senantiasa menyelenggarakan seri webinar serupa ini pada kesempatan yang akan datang,” tutur Kaprodi S-1 PBSI Universitas PGRI Semarang, Eva Ardiana Indrariani, SS MHum, melalui pesan singkat selepas acara (16/07).

Advertisement

Eva menambahkan pada Webinar kali ini, PBSI UPGRIS menghadirkan Pembicara Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Drs. Muh. Abdul Khak MHum.

“Mengapa bahasa Indonesia harus dikembangkan?, Bahasa adalah rekaman peradaban bangsa. Peradaban hakikatnya adalah kumpulan konsep, pengetahuan, benda, tradisi, karakter, dan proses. Setiap kata mengandung konsep dan bentuk. Ketika sebuah bangsa miskin konsep, miskin peradaban. Bangsa tersebut harus belajar/mengambil konsep (peradaban) dari bangsa lain,” papar Abdul Khak.

Bahkan dikatakannya, materi terkait KBBI daring (dalam jaringan) merupakan KBBI terbaik di dunia. “Tentu segala itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi segenap warga negara Indonesia sehingga setiap individu punya kewajiban yang sama untuk selalu merawat dan mengembangkan bahasa Indonesia,” tambahnya.

Sementara itu Wakil Rektor I Universitas PGRI Semarang Dr. Sri Suciati mengatakan untuk mengembangkan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengembangan dari bahasa Indonesia, bahasa serumpun, daerah.

Pada Webinar ini diikuti 500 peserta dari berbagai daerah terdiri dari siswa, mahasiswa, guru, dosen, kepala sekolah, peneliti, pengawas, dan masyarakat umum yang berasal 100 Kota/Kabupaten dari berbagai provinsi di Indonesia. (shs)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement