Semarang, UP Radio – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi meyakini warga Ibu Kota Jawa Tengah dapat semakin bijak dalam menghadapi persoalan tekanan pandemi COVID-19.
Salah satunya dengan lebih memahami tren statistik COVID-10 di Kota Semarang, dimana pada saat ini walaupun angka positif terkonfirmasi tercatat sebanyak 612 orang, namun di sisi lain juga dicatatkan angka kesembuhan yang tinggi, yaitu sebanyak 672 orang, dari total kasus yang ada.
Hal tersebut ditekankan oleh Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi itu, saat menghadiri kegiatan pembukaan Pasar Sehat Semarang Hebat, di Pedurungan dan kawasan bundaran perumahan Tulus Harapan, Minggu (28/6).
Disebutkannya, Pandemi COVID-19 seperti pertandingan maraton, dengan fakta bahwa vaksin belum ditemukan, maka masyarakat harus beradaptasi untuk dapat menjalankna aktifitasnya.
“Corona menimbulkan kekhawatiran dan kewaspadaan, namun kita harus semakin bijak menyikapinya. Maka aktivitas bisa berjalan, tetapi wajib dan harus disiplin jalankan SOP kesehatan. Maka dari itu Kota Semarang menerapkan PKM, untuk secara bertahap mendorong berjalannya sejumlah penyesuaian dalam beraktifitas, dengan mempertimbangkan protokol kesehatan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wali Kota Semarang tersebut mengungkapkan, dengan sejumlah penyesuaian aktifitas yang didorong pada masa pandemi saat ini, roda perekonomian di Kota Semarang juga diharapkan dapat tetap berjalan.
“Ibu-ibu boleh berbelanja, berjualan tetapi harus pakai masker atau face shield. Kalau kemarin ada yang mengeluh, pakai masker sesak, ini sudah disediakan face shield harus dipakai. Kalau ada yang tidak pakai masker atau face shield tegur dan jangan dilayani,” tegas Hendi.
Dicontohkannya protokol pemakaian sarung tangan sebagai hal penting saat memilih buah, sayur dan barang belanjaan. Hal ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai persebaran Covid-19.
Berbagai protokol standar kesehatan ini, diharapkannya dapat dipatuhi bersama sehingga membuat seluruh pengunjung, pedagang dan konsumen yakin serta mantab berbelanja tanpa khawatir area pasar sebagai klaster berbahaya. Tak hanya itu, Hendi juga mengupayakan berjalannya sistem pembayaran cashless pada pasar rakyat di Kota Semarang.
Di sisi lain, dirinya juga meminta warga Kota Semarang untuk tidak khawatir jika bertemu petugas tes massal Covid-19. Upaya pengetesan massal di berbagai tempat di Kota Semarang ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana sebaran virus tersebut.
“Jika semakin cepat diketahui, akan semakin baik penanganan serta pencegahannya. Karenanya jangan takut atau malah sembunyi-sembunyi yang menyebabkan susah dideteksi,” punkgas Hendi.
Sebelumnya, 9 dari total 37 pasar tradisional pernah ditutup oleh Pemerintah kota Semarang karena adanya temuan positif covid-19 saat diadakan tes massal. Penutupan pasar selama 3 hari untuk proses disinfektan dan sterilisasi juga telah dilakukan, untuk selanjutnya pasar tersebut dapat beroperasi kembali. (ksm)