Semarang, UP Radio – Sebanyak 2070 orang Mahasiswa baru Universitas PGRI Semarang kembali mengukir prestasi dan berhasil mencatatkan prestasinya dalam Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) dengan kegiatan ”Membuat dan Memainkan Dakon dari Barang Bekas oleh Peserta Terbanyak“.
Rektor Universitas PGRI Semarang Dr Muhdi SH MHum mengungkapkan prestasi ini merupakan tradisi yang selalu diraih setiap mahasiswa baru setiap tahunnya.
“Kegiatan ini sesuai dengan visi dari Universitas PGRI Semarang yang ingin terus melestarikan budaya dan mempertahankan tradisi masyarakat,” ungkap Muhdi saat menyaksikan hasil karya mahasiswa baru angkatan 2018 di Kampus IV UPGRIS (19/9).
Lebih lanjut Muhdi menuturkan keprihatinanya melihat perilaku anak anak saat ini yang cenderung meninggalkan permainan “Dakon” (congklak) dengan permainan tehnologi dengan menggunakan gadged yang dinilai lebih menarik.
“Permainan ini biasanya menggunakan media permainan dari kayu dan bentuknya juga besar sehingga dirasa mahal, dan belum lagi permainan kayu ini juga tidak akrab dengan anak-anak,” tambahnya.
Tapi ternyata dengan inisiatip dari mahasiswa permainan ini bisa dibuat dengan mengolah dari barang limbah/bekas ternyata bisa dibuat menjadi media permainan Dakon (congklak) sehingga diharapkan bisa menginspirasi anak-anak. “Ternyata bisa dibuat dengan bahan limbah sehingga bisa menepis kesan mahal dari permainan ini,” beber Muhdi.
Hingga saat ini Universitas PGRI telah memiliki 14 rekor dunia dari berbagai jenis yang semuanya merupakan dihasilkan dari karya mahasiswa.
Sementara itu Direktur Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) Paulus Pangka mengatakan penghargaan ”Membuat dan Memainkan Dakon dari Barang Bekas oleh Peserta Terbanyak“ ini merupakan rekor yang ke2 kalinya yang diraih UPGRIS dan berada pada urutan rekor ke393 dengan Kriteria Superlatif.“Prestasi rekor pertama yang berhasil di ciptakan yaitu Permainan Sains dan Coding untuk Anak Usia Dini Terbanyak, 750 Anak TKB pada tanggal 27 April 2018 lalu. Rekor ke-2 kali ini melibatkan para mahasiswa dan mahasiswi baru untuk membuat dan memainkan Dakon yang terbuat dari barang bekas dengan jumlah terbanyak,” ungkap Paulus.Lebih lanjut Paulus menegaskan, LEPRID sangat mendukung setiap kegiatan masyarakat yang memanfaatkan media barang bekas untuk dapat di jadikan sesuatu yang bermanfaat. (shs)